Koperasi Sari Kelapa Jadi Tumpuan Petani Pengelola Gula Kelapa
Banyuwangi (jurnalbesuki.com) - Sebagai koperasi petani gula kelapa terbesar di Desa Sarongan, dengan sirkulasi uang mencapai Rp 200 juta, bukan hal mudah dan enteng bagi para pengurusnya dalam mengelola.
Hal itu diakui Suyono (43), selaku ketua bersama sekretaris Priyadi Usian (28), saat ditemui di kantor koperasi ‘Sari Kelapa’.
Dituturkankan, bahwa jumlah anggotanya secara keseluruhan mencapai 148 orang. “Namun yang aktif dan rutin setor gula kekantor sini berkisar 40 hingga 50 petani,” terangnya, Sabtu (31/7/2010).
Karena dari jumlah 148 tersebut, ada yang menjadi pemilik pohon, yang secara otomatis tidak ikut menyetor gulanya. “Yang menyetor gula ya petani yang mengerjakan. Sedangkan pemilik pohon, hanya mendapat fee beberapa ons, yang langsung masuk setoran disini,” ungkap Suyono, yang juga sebagai Kepala Dusun Krajan, Desa Sarongan, itu.
Omset perhari gula kelapa dikoperasi ‘Sari Kelapa’ yang dikelola dengan management teratur itu mencapai 1 ton. “Itu semua merupakan setoran dari para petani gula anggota kami yang setiap hari mencapai 40 hingga 50 orang. Sedangkan rata-ratanya, perorang menyetor sebanyak 20 kilogram gula ,” timpal sekretaris Priyadi.
Sedangkan untuk penjualannya, diakui oleh Suyono maupun Priyadi, berlaku bebas. “Koperasi kami tidak terikat dengan salah satu pembeli (juragan). Makanya kami bebas menjual kepada siapa saja, sesuai harga pasar,” beber keduanya.
Hanya saja, yang menjadi kendala bagi para petani diwilayah Desa Sarongan, selama ini adalah mahalnya bahan baker kayu. “Bayangkan mas, dalam sehari, setiap kali masak, petani gula menghabiskan uang sebanyak Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu. Karena untuk memasak gula sampai bias dicetak ditempatnya, butuh waktu 6 jam,” keluh Suyono, dibenarkan Priyadi.
Tingginya ongkos memasak dengan kayu bakar, membuat pengurus koperasi ‘Sari Kelapa’ berusaha mencari terobosan, agar biaya bahan baker bisa ditekan seminimal mungkin.
“Kami ingin memakai briket batu bara, sebagai salah satu alternative solusi meringankan biaya masak gula. Karena menurut beberapa sumber, kabarnya briket batu bara dalam bentuk kemasan lebih irit. Karena daya nyala (hidup) per briket selama 3 jam,” ujarnya, seraya berharap keluhan para petani gula diwilayah Sarongan, mendapat perhatian dari pemerintah. (gt1/mm/jb2)
Sumber : http://www.jurnalbesuki.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6504&Itemid=42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar