Perbanyakan Kelapa Kopyor Secara Alami
Ismail Maskromo dan Hengky Novarianto
BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN
Sumber: http://balitka.litbang.deptan.go.id/
Kelapa kopyor seperti halnya kelapa makapuno di filipina adalah mutan kelapa yang ditemukan di antara populasi kelapa normal. Dari hasil penelitian biokimia, dilaporkan terjadi defisiensi enzim α-D Galaktosidase pada endosperm buah makapuno, sehingga pembentukan endosperm tidak normal dan tidak mampu mendukung perkecambahan embrio (Mujer et al., 1984). Gen letal pada buah kelapa kopyor menyebabkan daging buah mudah terlepas dari tempurung dan hubungan jaringan endosperm dengan embrio putus, sehingga buah kelapa ini tidak mampu berkecambah (Santos, 1999). Sebagai hasil mutasi alami, jumlah tanaman kelapa berbuah kopyor sangat sedikit dibandingkan dengan tanaman kelapa berbuah normal. Menurut Falconer (1985), peluang terjadinya mutasi alamiah secara umum sangat rendah yaitu sebesar 10-5 sampai 10-6 per generasi. Hal ini berarti bahwa hanya 1 (satu) di antara 100.000 sampai 1.000.000 peluang terjadinya mutasi alami di alam. Selain itu, organisme hasil mutasi cenderung letal, sehingga perkembangbiakannya terhambat dan akhirnya punah.
Berdasarkan hal tersebut, kelapa mutan ini semestinya tidak berkembang, tetapi ternyata kelapa ini cukup banyak ditemukan di beberapa sentra produksi kelapa di Indonesia. Satu populasi kelapa berbuah kopyor dilaporkan di Kecamatan Kalianda Lampung Selatan (Mahmud, 2000). Hasil eksplorasi Akuba et al. (2002) di Jawa Timur diperoleh sejumlah populasi kelapa berbuah kopyor di Kabupaten Sumenep. Kelapa jenis ini juga ditemukan di beberapa daerah seperti di Tanggerang (Asmah, 1999), Pati, Jawa Tengah (Purwanto, 2003), dan di Ciomas Bogor (Maskromo, 2005) . Tanaman kelapa kopyor yang ditemukan di berbagai daerah tersebut umumnya tipe Dalam, kecuali di Kabupaten Pati, Jawa Tengah adalah tipe Genjah. Perbedaan utama kedua tipe kelapa ini yaitu, kelapa tipe Dalam umunya menyerbuk silang, sedangkan kelapa tipe Genjah umumnya menyerbuk sendiri.
Tanaman kelapa kopyor yang dikembangkan petani saat ini berasal dari perbanyakan buah kelapa normal yang memiliki gen kopyor dari tanaman penghasil buah kopyor tersebut. Cara perbanyakan dengan menggunakan buah normal tersebut dinamakan perbanyakan kelapa kopyor secara alami (Maskromo dan Novarianto, 2007). Selain itu, dari buah kopyor yang daging buahnya tidak normal, embrionya normal dan dapat ditumbuhkan pada media tumbuh buatan dalam lingkungan aseptik. Cara perbanyakannya dinamakan perbanyakan dengan teknik in vitro (Mashud et al., 2004).
a. Dasar genetik perbanyakan kelapa kopyor secara alami
Secara morfologi, fenotipe pohon kelapa berbuah kopyor sulit dibedakan dari kelapa normal di sekitarnya. Berdasarkan pengamatan morfologi belum ditemukan penciri lain yang spesifik, selain karakter endosperm yang berbeda dengan kelapa normal (Gambar 1). Kepastian tanaman kelapa berbuah kopyor diketahui setelah buahnya dipanen.
Gambar 1. Perbandingan daging buah kelapa normal (A) dengan buah kelapa kopyor (B)
Pohon kelapa berbuah kopyor yang terdapat di lapang atau yang sekarang dikembangkan petani diduga memiliki genotipe heterozigot atau secara genetis dilambangkan dengan Kk. Buah kelapa normal dari pohon tersebut, jika ditanam berpeluang tumbuh menjadi tanaman kelapa kopyor, dengan persentasi menghasilkan buah kopyor sekitar 1 – 10%, tergantung pada genotipe tepung sari yang menyerbuki bunga betina. Berdasarkan hukum Mendel pertama, peluang untuk menyatunya sel telur k dengan sel sperma k dari tepung sari akan membentuk gen homozigot resesif (kk) dan bergenotipe kopyor, dapat mencapai 25% dari total buah. Tetapi karena sifat kelapa Dalam yang 95% menyerbuk silang, dan kelapa kopyor alami tersebar secara individual, mengakibatkan peluang menyatunya sel telur k dan sel sperma k ini sangat kecil. Buah yang kopyor memiliki gen homozigot resesif (kk) sehingga tidak mampu tumbuh menjadi tanaman baru (Toruan dan Ginting 1998).
Pola pewarisan sifat kopyor ditentukan oleh peluang terjadinya pertemuan gen kopyor dalam proses penyerbukan dan pembuahan (Tabel 1). Penyerbukan adalah proses jatuhnya atau menempelnya serbuk sari dari bunga jantan pada putik (pistil) bunga betina tanaman, sedangkan pembuahan adalah proses penyatuan sperma dari serbuk sari dengan sel telur dan inti polar pada putik bunga. Pada tanaman kelapa kopyor alami, proses pembuahan terjadi antara dua inti sperma yang membawa gen kopyor (k) dan gen normal (K) haploid, dengan dua sel telur yang juga membawa gen kopyor (k) dan gen normal (K) haploid, serta dua inti polar yang membawa gen kopyor kk dan gen normal KK (diploid). Masing-masing inti sperma mempunyai tugas berbeda dalam pembuahan. Salah satu inti sperma akan menyatu dengan sel telur untuk membentuk embrio, sedangkan inti sperma lainnya akan menyatu dengan inti polar untuk membentuk endosperm. Dengan pola seperti di atas, pada tandan buah pohon kelapa kopyor akan terdapat tiga tipe buah berdasarkan genotipenya. Tipe pertama, yaitu buah bergenotipe KK yang embrionya tidak memiliki sifat kopyor dan endospermnya normal dengan genotipe KKK. Tipe kedua, yaitu bergenotipe Kk yang embrionya memiliki sifat kopyor heterozigot, tapi endospermnya normal dengan genotipe kKK atau Kkk. Tipe ketiga embrio bergenotipe kk dengan endosperm tidak normal atau kopyor dengan genotipe kkk. Embrio kelapa pada ketiga tipe tersebut normal dan memiliki kemampuan tumbuh seperti pada buah kelapa normal, namun pada tipe ketiga karena endospermnya tidak normal (kopyor) maka embrionya harus diselamatkan melalui kultur embrio (teknik in vitro).
Dalam satu tandan, buah kopyor bergenotip kk dengan endosperm bergenotipe kkk mudah dibedakan dari buah normal, karena daging buah yang tidak normal dapat diketahui dengan mengetuk (menotok) atau mengguncang buahnya. Pada saat diguncang buah kopyor akan berbunyi seperti kaleng berisi pasir yang diguncang (bunyi gemericik). Daging buah telah hancur dan kadang-kadang embrionya juga telah terlepas dari tempatnya (germpore). Namun demikian, untuk buah dengan embrio bergenotipe KK dan Kk, dengan endosperm normal tidak dapat dibedakan, sehingga untuk perbanyakan semua buah dipilih berdasarkan keriteria benih secara umum, kemudian dideder dan ditanam sampai berbuah dan diketahui kemampuannya menghasilkan buah kopyor. Saat ini, belum ada kriteria seleksi benih, kecambah maupun bibit untuk membedakan kedua benih dengan tipe genotipe berbeda tersebut. Diperlukan penelitian yang panjang untuk mencari ciri pembeda menggunakan penanda DNA yang terpaut dengan sifat morfologi yang dapat dijadikan dasar seleksi.
b. Seleksi Pohon Induk
Adanya keunikan yang dimiliki kelapa kopyor menyebabkan perbedaan pola perbanyakannya dengan kelapa normal. Kondisi daging buah kopyor yang tidak normal, tidak mendukung pertumbuhan embrio menjadi kecambah dan tidak dapat menjadi bibit secara alami.
Buah dengan endosperm normal yang terdapat pada tandan yang sama dengan buah kopyor dapat dijadikan benih. Perbanyakan kelapa kopyor menggunakan buah normal dari pohon berbuah kopyor ini disebut perbanyakan kelapa kopyor secara alami atau konvensional. Dalam perkembangannya buah normal lebih lambat matangnya dibanding buah kopyor, sehingga pemanenan dilakukan terlebih dahulu terhadap buah kopyor. Jika dipanen bersamaan maka buah normal belum matang fisiologis.
Buah yang akan digunakan sebagai benih merupakan hasil seleksi. Seleksi benih untuk perbanyakan secara alami kelapa kopyor dimulai dari pemilihan pohon induk. Penentuan pohon induk kelapa kopyor dilakukan berdasarkan riwayat tanaman yang telah diamati kemampuannya menghasilkan buah kopyor. Untuk dijadikan sebagai sumber benih, tanaman harus diketahui menghasilkan buah kopyor secara terus menerus pada setiap tandannya. Pohon yang tidak stabil menghasilkan buah kopyor kurang baik dijadikan sebagai sumber benih. Selain itu, diamati juga persentase buah kopyor yang dihasilkan pada setiap tandan. Semakin tinggi persentase buah kopyor yang dihasilkan setiap tandan pohon kopyor, akan semakin baik dijadikan sebagai sumber benih. Pohon yang dijadikan sebagai pohon induk dibei tanda label seng pada batangnya (Gambar 2).
Gambar 2. Pohon Induk Kelapa (PIK) Kopyor
Tinggi rendahnya persentase buah kopyor yang dihasilkan setiap pohon kopyor berbeda untuk kelapa kopyor tipe Genjah dan kopyor tipe Dalam. Hal ini berhubungan dengan pola penyerbukan bunga masing-masing tipe. Kopyor tipe Dalam dengan pola penyerbukan silang memiliki prosentase buah kopyor lebih rendah dibandingkan dengan kopyor tipe Genjah. Pola penyerbukan kelapa disebabkan oleh berbeda atau bersamaannya waktu kematangan bunga betina dan bunga jantan dalam satu tandan yang sama. Pada kelapa Dalam, bunga jantan lebih dahulu matang, dan sebagian besar sudah rontok kemudian diikuti masa reseptif bunga betina, sehingga peluang untuk mendapatkan serbuk sari dari tandan bunga pohon lain di sekitarnya sangat besar. Hal ini menyebabkan peluang terjadinya penyerbukan silang lebih besar. Pada kelapa Genjah, waktu kematangan bunga betina dan bunga jantan dalam satu tandan terjadi secara bersamaan, sehingga peluang menyerbuk sendiri sangat besar. Dengan perbedaan pola tersebut, kelapa Dalam memiliki peluang terjadi penyerbukan silang sebesar 95%, sedangkan pada kelapa Genjah memiliki peluang terjadinya penyerbukan sendiri sebesar 95%.
c. Seleksi buah yang akan dijadikan benih dan bibit Kelapa Kopyor
Penanganan benih/bibit yang baik, akan menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa kopyor yang dikembangkan secara alami. Setelah diperoleh pohon induk kelapa kopyor sebagai sumber benih, dilakukan pemanenan buah untuk memperoleh benih (Gambar 3). Seleksi buah untuk benih didasarkan pada kriteria umur buah, dan kondisi fisik buah. Buah yang baik untuk benih adalah yang telah matang fisiologis, yaitu umur 11 bulan untuk kelapa kopyor tipe Genjah, dan 11- 12 bulan untuk kelapa kopyor tipe Dalam. Selain itu, secara fisik tidak keriput dan tidak ada serangan hama dan penyakit, serta memiliki air buah sebanyak 95%, yang berbunyi nyaring jika diguncang (Gambar 4). Benih yang telah dipanen bisa langsung dideder, atau dapat disimpan beberapa hari di tempat yang ternaungi sebelum dideder. Sabut pada tempat keluar kecambah (germpore) disayat, sehingga mudah menyerap air saat disiram. Panjang sayatan kira-kira 10 cm, lebar 7 cm, tebal 1 cm.
Pendederan benih kelapa kopyor alami dapat dilakukan seperti pendederan kelapa biasa/normal (Gambar 5). Benih dideder di pesemaian dengan bagian yang disayat di bagian atas pada posisi satu arah dan bagian yang disayat diarahkan ke sebelah Timur. Di pendederan, benih dideder dalam barisan dengan jarak benih dalam baris 5 cm dan antar baris cukup 15 cm. Seleksi kecambah didasarkan pada kecepatan dan keseragaman tumbuh benih (perkecambahan), bebas serangan hama dan penyakit. Kecambah yang baik adalah yang tumbuh hingga 4 bulan setelah benih dideder. Kecambah yang akan dipindah ke polibag adalah yang panjang tunasnya 3 – 5 cm (Anonim, 2006).
Benih yang telah berkecambah dapat dipertahankan terus di lokasi pendederan hingga umur 4 – 6 bulan ( sampai siap tanam), atau dapat juga dipindah di polibag. Jarak antar benih di pembibitan adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm sistim segitiga.
Bibit siap tanam adalah bibit berumur 4 – 6 bulan setelah pedederaan (Gambar 6). Kriteria bibit yang baik adalah pangkal batangnya yang kekar dan bebas serangan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil tidak digunakan sebagai bahan tanaman. Tindakan pengendalian hama dan penyakit selama pendederan hingga pembibitan harus dilakukan untuk mendapatkan bibit yang baik dan bermutu. Hama penting seperti Oryctes rhinoceros, Plesispa reichei, dan Brontispa longissima, serta penyakit bercak daun mulai dari tahap pembibitan hingga tanaman dewasa dapat menjadi ancaman dalam bubidaya tanaman kelapa kopyor ini. Penanganan bibit selanjutnya sama dengan yang biasa dilakukan pada teknik budidaya kelapa biasa. Berikut ini uraian tentang kriteria dan standar mutu benih, kecambah, dan bibit kelapa kopyor.
Gambar 3. Seleksi buah untuk benih
Gambar 4. Seleksi benih kelapa kopyor alami.
Gambar 5. Pendederan benih kelapa kopyor alami.
Gambar 6. Bibit kelapa kopyor alami siap tanam.
Standar Mutu Benih, Kecambah, dan Bibit Kelapa Kopyor
I. Standar Mutu Benih Kelapa Kopyor
Kelapa Kopyor tipe Dalam
Mutu genetik :
a. Asal usul benih : Benih dipanen dari tanaman kelapa umur miminal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 5-10% (1-2 butir pertandan). Tanaman kelapa tersebut harus berada dalam populasi kelapa yang umumnya berbuah kopyor
b. Umur buah saat panen : 11 -12 bulan
c. Warna buah: 3/4 bagian coklat keabu-abuan
d. Keadaan air buah : 95% buah jika diguncang berbunyi nyaring
e. Berat buah : ≥ 1000 gram
f. Daya kecambah : 80% berkecambah 3 bulan setelah semai.
g. Lama penyimpanan : Maksimum 4 minggu, pada suhu kamar dengan sirkulasi baik.
Mutu fisik
a. Penampilan kulit buat : tidak keriput
b. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Kelapa Kopyor Tipe Genjah
Mutu genetik
a. Asal usul benih : Benih dipanen dari tanaman kelapa berumur minimal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 20- 50% pertandannya.
b. Umur buah saat panen: 11 bulan
c. Warna buah: 3/4 bagian coklat keabu-abuan
d. Keadaan air buah : 95% buah jika diguncang berbunyi nyaring
e. Berat buah : ≥ 500 gram
f. Daya kecambah : 80% berkecambah 3 bulan setelah semai
g. Lama penyimpanan : Maksimum 4 minggu, pada suhu kamar dengan sirkulasi baik
Mutu Fisik
a. Penampilan kulit buat : tidak keriput
b Serangan hama dan penyakit : tidak ada
II. Standar Mutu Kecambah Kelapa Kopyor
Kelapa kopyor tipe Dalam
a. Asal usul kecambah : Kecambah dari benih yang dipanen dari tanaman kelapa umur miminal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 5-10% (1-2 butir per tandan) dan memenuhi syarat mutu genetik dan fisik. Tanaman kelapa tersebut harus berada dalam populasi kelapa yang umumnya berbuah kopyor .
b. Panjang tunas : 3 – 5 cm
c. Umur berkecambah : <>
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Kelapa kopyor tipe Genjah
a. Asal usul kecambah : Kecambah dari benih yang dipanen dari tanaman kelapa yang telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 20-50% per tandan dan memenuhi syarat mutu genetik dan fisik
b. Panjang tunas : 3 – 5 cm
c. Umur berkecambah : <>
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
III. Standar Mutu Bibit Kelapa Kopyor
Kelapa kopyor tipe Dalam
a. Asal usul bibit : Bibit dari benih yang dipanen dari tanaman kelapa umur miminal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 5-10% (1-2 butir per tandan) dan memenuhi syarat mutu genetik dan fisik. Tanaman kelapa tersebut harus berada dalam populasi kelapa yang umumnya berbuah kopyor .
b. Umur bibit : 4 – 6 bulan setelah semai
c. Penampilan bibit: kekar
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Kelapa kopyor tipe Genjah
a. Asal usul bibit : Bibit berasal dari benih yang dipanen dari tanaman kelapa yang telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 20-50% per tandan dan memenuhi syarat genetik dan fisik.
b. Umur bibit : 4 – 6 bulan setelah semai
c. Penampilan bibit : kekar
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Catatan : Benih, kecambah, ataupun bibit yang berasal dari buah pohon kelapa kopyor tipe Genjah akan memiliki peluang menghasilkan tanaman yang berbuah kopyor lebih tinggi dibandingkan dengan buah dari pohon kelapa kopyor tipe Dalam. Hal ini berkaitan dengan pola pembungaan kelapa Dalam yang menyerbuk silang, sedangkan pada kelapa tipe Genjah yang menyerbuk sendiri.
Keberhasilan mendapatkan tanaman kelapa kopyor dari perbanyakan secara alami ini sangat ditentukan oleh sumber benih dari pohon induk kelapa kopyor yang digunakan. Kelapa kopyor tipe Genjah memiliki peluang lebih besar mendapatkan turunan tanaman kelapa yang nantinya berbuah kopyor dibandingkan kopyor tipe Dalam. Hal ini berhubungan dengan pola penyerbukan masing-masing tipe kelapa tersebut.
Pada penanaman di lapang, untuk meningkatkan peluang terjadinya penyerbukan antar pohon kelapa kopyor, maka sangat dianjurkan untuk menanam kelapa kopyor dalam suatu populasi yang terpisah dari tanaman kelapa normal di sekitarnya. Semakin banyak tanaman kelapa kopyor dalam satu areal akan semakin meningkatkan perluang terbentuknya buah kopyor, karena terjadinya penyerbukan antar pohon kopyor. Jarak yang disarankan untuk isolasi populasi tanaman kopyor dari kelapa normal di sekitarnya adalah 400 m. Jika ada tanaman penyangga seperti tanaman bambu yang mampu menghindari kontaminasi dari sebuk sari tanaman kelapa lain, maka jarak tersebut bisa lebih dekat lagi (Maskromo dan Novarianto, 2006).
PENUTUP
Tanaman kelapa kopyor memiliki teknik perbanyakan yang berbeda dengan tanaman kelapa normal, karena sifat spesifik daging buahnya. Ketidaknormalan daging buahnya secara genetik diwariskan, sehingga dapat diperbanyak baik secara alami (konvensional) dan melalui teknik in vitro (non konvensional). Perbanyakan secara alami dapat menggunakan buah normal dari tandan buah yang diketahui menghasilkan buah kelapa kopyor. Seleksi buah untuk benih dan bibit kelapa kopyor alami, sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan dan kemampuan tanaman tersebut menghasilkan kelapa kopyor.
DAFTAR PUSTAKA
Akuba H.R., N. Mashud, dan Miftahorrachman, 2002, Identifikasi plasma nutfah kelapa potensial di Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian Balitka Manado. Belum dipublikasikan.
Anonim. 2006. Petunjuk teknis budidaya tanaman kelapa Dalam (Cocos nucifera, Linn). Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Pengembangan Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
Asmah N. 1999. Analisis protein spesifik sebagai penanda sifat kopyor pada kelapa. Skripsi. Jurusan Kimia FPMIPA. IPB. Bogor.
Falconer DS. 1985. Intoduction to quantitative genetics. Longman. London and New York
Mahmud Z. 2000. Petunjuk teknis budidaya kelapa kopyor. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Dirjen Perkebunan. Jakarta
Mashud N, Lumentut N, dan Masing V. 2004. Perbanyakan kelapa kenari dan kopyor melalui kultur embrio. Monograf Agronomi Kelapa. Badan Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Manado. Hal 16 – 23.
Maskromo I, 2005. Kemiripan genetik populasi kelapa berbuah kopyor berdasarkan karakter morfologi dan penanda DNA SSRs (Simple Sequence Repeats) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Maskromo I dan H. Novarianto. 2007. Potensi genetik kelapa kopyor Genjah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.29 (1).
Mujer MV, DA. Ramirez, and M EMT. Mendoza. 1984. Coconut α-D-Galactosidase isoenzim: Isolation purification and characterization. Phytochemistry. 23 (6) 1251 – 1254.
Novarianto, H dan Miftahorrachman. 2000. Koleksi dan konservasi jenis-jenis kelapa unik. Makalah poster dalam Simposium Pengelolalan Plasma nutfah dan Pemuliaan Bandung 22-23 September. Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia.
Purwanto Djoko. 2003. Analisis permintaan kelapa kopyor di Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah. Tesis Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Santos G.A. 1999. Potensial use of clonal propagation in coconut improvement program. In Oropeza C, Verdiel JL, Ashburner GR, Cardena R, and Samantha JM. Editors. Current Advances in Coconut Biotechnology. Curret Plant Science and Biotechnology in Agriculture Kluwer Academic Publisher London. Hlm 419 – 430.
Samonthe L.J, EMT. Mendoza, LL. Ilag, ND. De La Cruz and DA. Ramirez. 1989. Galactomannan degrading enzym in maturing normal and makapuno and germinating normal coconut endosperm. Phytochemistry. 28 (9) 2269-2273
Toruan N.M, G. Ginting. 1998. Analisis Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) pada tanaman kelapa kopyor. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV, Bandar Lampung 21- 23 April 1998. Puslitbangtri. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan.